NASIONAL

EM – BE – GE

Oleh : Iklim Cahya*

PROGRAN Makan Bergizi Gratis (MBG baca Em-Be-Ge) untuk para pelajar secara bertahap sudah mulai diimplementasikan, termasuk di Sumsel. MBG merupakan pembuktian janji kampanye Presiden/Wapres terpilih ; Prabowo Subianto/ Gibran Rakabuming Raka.

MBG ini merupakan hal baru, yang menjadi program kampanye pejabat publik. Kalau Program Sekolah Gratis (PSG) dan Program Berobat Gratis (PBG), sudah banyak “dijual” saat kampanye kepala daerah.

Saat program MBG bagi para pelajar ini “dijual” ke publik, banyak juga yang pesimistis akan terlaksana. Mereka membayangkan begitu besarnya anggaran yang diperlukan, juga bayangan “keruwetan” dalam pelaksanaannya. Tapi ternyata Presiden Prabowo konsekwen dengan janjinya. Dalam kabinetnya dia membentuk lembaga baru ; Badan Gizi Nasional (BGN) yang mengurusi program MBG ini.

Saat ini MBG sudah berjalan sekitar satu bulan, dan masih banyak juga yang mengkritik. Walau tak sedikit pula yang memuji/mendukung. Pro-kontra dalam kebijakan besar dan baru, adalah hal yang biasa. Yang penting dalam pelaksanaan dan pengelolaan MBG ini, tetap mengedepankan profesionalisme.

Kalau mendengar kritikan yang dilontarkan, seperti anggaran yang besar, rawan korupsi, dan kurang manfaatnya, memang sifatnya relatif sekali. Anggaran yang besar sudah pasti, tapi ini tentu sudah dihitung sebelumnya. Kalau anggaran MBG ini dikaitkan dengan kebijakan effisiensi oleh Presiden Prabowo, sepanjang effisiensi tersebut pada hal-hal yang tidak pokok seperti mengurangi kunker-kunker dan kegiatan ceremonial, wajar sajalah. Karena kalau disigi, aktifitas ini memang terlalu boros.

Baca Juga  Kemenag Sumsel Salurkan Bantuan Sembako dan Uang Tunai untuk 10 Panti Asuhan 

Kalau dinilai rawan korupsi dan hanya menguntungkan segelintir orang, juga sifatnya lebih untuk mengingatkan. Belum ada bukti otentik. Artinya sistem dan pengawasan perlu mendapat perhatian khusus, dan ditingkatkan. Lalu dari segi manfaat, juga relatif.
Bagi siswa dari orang tua yang mampu mungkin ya, tapi bagi keluarga ekonomi menengah ke bawah tentu MBG ini sangatlah berarti.

Saya mendengar dengan pola lima hari belajar (pulang petang), ada saja siswa yang tidak makan siang, atau makan ala kadarnya juga non nasi. Tentu dengan adanya MBG ini sangat berarti bagi mereka. Dan sangat membantu sekali.

Ada juga pendapat yang mengatakan, yang dibutuhkan bukan makan gratis, tapi pendidikan gratis. Tapi Program Wajib Belajar 12 tahun (SD – SLTA) memang sudah diterapkan pemerintah, ditambah PSG lokal/daerah juga sudah banyak diterapkan. Hanya untuk di Perguruan Tinggi belum sepenuhnya gratis. Kecuali bagi yang mendapatkan Program Bidik-Misi dan Beasiswa Prestasi.

Baca Juga  24 Februari 2025, Otorita Gelar Jajak Pasar IKN

Saya juga mendengar, MBG ini dijalankan dengan 2 sistem, yakni melalui TNI/Polri dan melalui asyarakat (mandiri). Karenanya terkait dengan program MBG ini, cukup banyak juga masyarakat yang direkrut sebagai karyawan, dan tentu mereka mendapatkan uang jasa/gaji. Mulai dari tukang masak, tukang cuci, hingga tukang antar ke sekolah-sekolah.

Selain itu tentu terkait pula dengan masyarakat, karena program MBG tentu ada belanja bahan dapur, dan bahan makanan lainnya. Nah ini tentu akan melibatkan masyarakat, mulai dari penjual sayur, penjual ayam/daging, penjual ikan, telor, tahu/tempe, buah-buahan dan lainnya. Mereka juga ikut terimbas peningkatan ekonomi dari program MBG tersebut.

Karena itu menurut saya, terlepas dari kelemahan yang harus terus diantisipasi, program ini bermanfaat bagi peningkatan ekonomi rakyat. Dengan catatan pengelola harus melibatkan dan memberdayakan para pedagang kecil bukan belanja di supermarket/mal. Dan tentu dalam peningkatan gizi siswa, khususnya dari kalangan ekonomi bawah.(*)

* Penulis adalah Wartawan, dan Pemerhati Politik dan Sosial.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button